BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kegiatan pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah semua
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan semula serta untuk mengetahui
hasil-hasil yang dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tindakan pengawasan juga
dapat mengetahui kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan sehingga
dapat dicari solusinya. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung atupun tidak
langsung. Secara langsung dilakukan melalui kegiatan pengawasan ditempat,
sedangkan pengawasan tidak langsung dapat melalui kebijakan-kebijakan, surat
edaran, pemberian instruksi melalui surat edaran, dll.
Dalam organisasi pendidikan sekolah, pengawasan ditujukan untuk
member bimbingan dan pengarahan, pemeriksaan dan penilaian. Pengawasan ini
dilakukan oleh kepala sekolah. Beliau hartus memeberikan bimbingan, arahan,
serta pengawasan terhadap sejauh mana para guru menjalankan tugasnyadalam usaha
mengembangkan potensi siswa. Selain itu, kepala sekolah juga harus mengontrol
kegiatan tata usaha dalam melakuka fungsi-fungsi administrasi sekolah. Apabila
terdapat penyimpangan, hendaknya kepala sekolah mampu menemukan solusinya.
Pengawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan orang lain
ataupun untuk member hukuman pada yang melakukan penyimpangan, melainkan untuk
mengadakan perbaikkan dalam usaha memenyelesaikan semua permasalahan yang ada
demi kepentingan dan tujuan organisasi. Selain itu seorang pemimpin organisasi
atau kepala sekolah sebaiknya menjauhi sikap ingin menang sendiri, terlalu
mengekang dan memakasa kehendak sendiri, akan tetapi seorang pemimpin
harusbjaksana dan mengutamakan keobjektivitasan yang tinggi.
Dalam makalah ini, saya akan mencoba memaparkan secara terperinci
tentang pengawasan yang merupakan salah satu proses dari adminstrasi
pendidikan.
B.
Rumusan masalah
a. Apa arti dari pengawasan?
b. Apa yang dimaksud dengan pengawasan
organisasional dan pengawasan operasional?
c. Bagaimana peranan faktor manusia dalam
pengawasan?
d. Apa fungsi pengawasan pendidikan di
sekolah?
e. Bagaimana pengawasan yang efektif itu?
C.
Tujuan
a.
Menjelaskan arti pengawasan.
b.
Menjelaskan pengawasan organisasional dan pengawasan
operasional.
c.
Menjelaskan faktor-faktor manusia dalam pengawasan.
d.
Menerangkan pengawasan yang efektif.
BAB II
PENGAWASAN
A.
ARTI PENGAWASAN
Pengawasan identik dengan kata controlling
yang berarti pemeriksaan. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia pengawasan
adalah penilikan dan penjagaan, jadi pengawasan berarti mempertahankan dan
menjaga dengan baik. Menurut winardi, pengawasan adalah semua aktivitas yang
dilaksankan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil actual sesuai
dengan hasil yang direncanakan. Sedangkan menrut kadarman, pengawasan adalah
suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan
untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk membandingkan kinerja actual
dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya
perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan
perusahaan.
Pengawasan adalah fungsi administratif bagi setiap administrator
untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.
Pengawasan itu meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan rencana
yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang
ditetapkan. Hal tersebut digunakan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dan
kesalahan-kesalahan yang terjadi kemudian
jika telah diketahui kesalahannya, maka dilakukan pembetulan atau
penataan kembali dan mencegahnya supaya tidak terulang kembali.
Dilihat dari prosesnya, tindakan pengawasan terdiri atas empat
langkah universal yakni :
1.
Menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran penilaian.
2.
Mengukur atau menilai perbuatan yang sedang atau telah dilakukan.
3.
Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan
menetapkan perbedaannya jika ada.
4.
Memperbaiki jika terdapat penyimpangan dari standar dengan cara
tindakan pembetulan.
Jadi sebuah pengawasan mensyaratkan adanya tujuan dan rencana tang
tersusun dengan baik. Seorang administrator tidak akan mampu melakukan
pengawasan apabila tidak membuat perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan yang
jelas, lengkap dan terkoordinasi dengan baik maka pengawasan administratif bisa
dijalankan. Pengawasan yang ideal seperti perencanaan, hakekatnya melihat
kedepan. Sistem yang paling baik adalah memperbaiki penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi serta mendeteksi penyimpangan-penyimpangan sebelum itu terjadi.
Pengawasan adalah fungsi dari setiap administrator. Setiap orang
atau atasan yang mengepalai suatu satuan organisasi mempunyai kewenangan dan
kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap bawahannya. Pengawasan begitu
melekat terhadap tingkat administrasi yang paling tinggi/pemimpin, akan tetapi
sesungguhnya pengawasan itu merupakan tanggung jawab bersama. Pengawasan
merupakan suatu fungsi administratif yang amat penting pada tingkat
administrasi.
Ada dua faktor yang yang menyebabkan diperlukannya sebuah
pengawasan. Faktor yang pertama adalah karena tujuan-tujuan individu dengan
tujuan-tujuan organisasi sering berbeda, sehingga tercipta kegiatan-kegiatan
yan tidak terkoordinasi. Faktor yang kedua adalah pengawasan diperlukan karena
adanya penundaan waktu antara saat tujuan dirumuskan dan saat tujuan itu
dicapai. Selama jarak waktu tersebut kondisi yang tidak terduga bisa
menyebabkan penyimpangan antara perbuatan yang sebenarnya dan perbuatan yang
dikehendaki.
Fungsi dari pengawasan khususnya pengawasan pendidikan
ialah:
1) Dalam bidang kepemimpinan
v Menyusun rencana bersama.
v Mengikutsertakan anggota kelompok dalam
berbagai kegiatan.
v Memberikan bantuan kepada anggota kelompok
dalam menghadapi dan memechkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
v Membangkitkan semangat dan moral yang
tinggi kepada anggota kelompok.
v Membagi wewenang dan tanggung jawab kepada
anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan kecakapan masing-masing.
v Mempertinggi daya kreatif pada anggota
kelompok.
v Menghilangkan rasa malu dan rendah diri
pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi
kepentingan bersama.
2) Dalam hubungan kemanusiaan
v Memnfaatkan kekeliruan ataupun
kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikkan
selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
v Membantu mengatasi kekurangan ataupun
kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa
rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis, dsb.
v Mengarahkan anggota kelompok pada
sikap-sikap yang demokratis.
v Memupuk rasa saling menghormati diantara
sesame anggota kelompok dan sesama manusia.
v Menghilangkan rasa
curiga-mencurigai antara anggota kelompok.
3) Dalam pembinaan proses kelompok
v Mengenal masing-masing pribadi anggota
kelompok baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
v Menimbulkan dan memelihara sikap percaya
mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dengan pemimpin.
v Memupuk sikap kesediaan tolong menolong.
v Memperbesar rasa tanggung jawab para
anggota kelompok.
v Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan
pertentangan atau perselisihan pendapat diantara anggota kelompok.
v Mengetahui teknik-teknik memimpin rapat dan
pertemuan-pertemuan lainnya.
4) Dalam bidang administrasi personil
v Memilih personil yang memiliki syarat-syarat
dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
v Menempatkan personil pada tempat dan tugas
yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.
v Mengusahakan susunan kerja yang
menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
5) Dalam bidang evaluasi
v Menguasai dan memahami tujuan-tujuan
pendidikan secar khusus dan terinci.
v Menguasai dan memiliki norma-norma atau
ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai
kriteria penilaian.
v Menguasai teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yanga
ada.
v Dapat menafsirkan dan meyimpulkan
hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang
kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.
Apabila fungsi-fungsi tersebut benaar-benar
dikuasia dan dijalankan dengan baik oleh setiap pemimpin, termasuk kepala
sekolah terhadap para anggotanya, mak kelancaran jalannya lembaga atau sekolah
dalam pencapaian tujuan pendidikan akan lebih terjamin.
Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu
ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas
hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan
semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik
tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
Ø Perubahan
lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi
terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan
pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya
manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi
sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang
diciptakan perubahan yang terjadi.
Ø Peningkatan
kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan
yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk
menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan
pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
Ø Meminimalisasikan
tingginya kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak membuat kesalahan,
manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan
anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan
manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
Ø Kebutuhan
manager untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang
kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang.
Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan
tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.
Ø Menilai
informasi dan mengambil tindakan koreksi. Langkah terakhir adalah pembandingan
penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan
kemudian pengambilan tindakan.
B.
PENGAWASAN ORGANISASIONAL DAN PENGAWASAN OPERASIONAL
Pengawasan dapat digolongkan pada pengawasan organisasional dan
pengawasan operasional. Pengawasan organisasional yang sering disebut dengan
pengawasan managerial ialah sebuah proses para manajer menjamin bahwa
sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan pengawasan operasional adalah sebuah proses
menjamin bahwa tujuan-tujuan yang khusus dijalankan dengan efektif dan
efisiaen.
Model pengawasan organisasional menilai perbuatan keseluruhan dari
organisasi atau bidang-bidang bagiannya, misalnya saja standar pengukuran
seperti biaya satuan per murid, rasio
guru dan murid, tingkat kemampuan murid, jumlah murid yang putus sekolah dan
mengukur aspek-aspek luas dari perbuatan organisasi pendidikan formal. Apabila
terdapat kegagalan dan tidak memenuhi standar pengawasan maka dilakukan
perbaikan. Perbaikan tersebut meliputi tujuan yang didesain kembal, perubahan
dalam struktur organisasi fomal, membangun komunikasi intern dan ekstern yang
lebih baik, supervisi pengajaran yang lebih efektif serta memotifasi pegawai
untuk lebih mendorong peningkatan prestasi.
Pengawasan operasional mengukur efisiensi perbuatan dari hari ke
hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan tindakan pembetulan.
Misalnya saja, dalam proses belajar mengajar diperlukan buku pelajaran dan
alat-alat yang menunjang proses belajar mengar, apabila tidak terdapat buku dan
alat penunjang lainnya maka harus segera
nencari atau memperolehnya. Kehadiran guru, murid dan pegawai pendidikan
lainnya harus mematuhi jadwal kegiatan pendidikan yang telah ditetapkan serta
standar-standar proses belajar mengajar harus dipenuhi. Jika hal tersebut tidak
terpenuhi, maka harus cepat dilakukan tindakan perbaikkan untuk mencewgah
praktek-praktek yang merugikan proses belajar selanjutnya. Pengawasan
organisasional dan operasional sangat diperlukan bagi pengawasan yang efektif
dalam organisasi.
C.
FAKTOR-FAKTOR MANUSIA DALAM PENGAWASA
Bagi kebanyakan orang menganggap bahwa pngawasan adalah alat
administrasi yang dapat menentukan ganjaran atau hukuman yang akan diberikan.
Pengawasan memiliki implikasi-implikasi emosional dan motivasional dengan
konsekuensi-konsekuensi fungsional dan disfungsional yang dinyatakan secara
tidak langsung.
Seringkali pengawasan dipandang sebagai pengekang, orang-orang akan
memberontak apabila dirinya merasa terkekang. Orang-orang juga membenci
pengawasan karena mereka tidak mengetahui dan memahami makna dari pengawasan.
Misalnya saja para pengendara kendaraan yang ugal-ugalan dan tidak mematuhi
aturan, mereka tidak menyadari bahwa aturan yang dibuat tersebut diciptakan
untuk melindungi dirinya sendiri maupun orang banyak dari kecelakaan
lalulintas.
Prespektif yang terlalu sempit terhadap pengawasan bisa menyebabkan
masalah-masalah. Misalnya pengawasan dari unit bagian hanya memusatkan
pengawasannya terhadap tujuan-tujuan dari unit pengawasannya saja, sedangkan
tujuan-tujuan yang lebih luas dari organisasi samasekali tidak dihiraukan.
Contohnya tentang penjabat yang hanya memikirkan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh dirinya, tangpa memperhatikan tujuan-tujuan yang harus dicapai
secara umum yang lebih penting.
Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk membuat pengawasan lebih
menarik dan lebih efektif. Pertama adalah standar-standar kuantitatif dan
impersonal tidak mempertimbangkan perbedaan individual dari setiap individu.
Jika standar-standar dikelola dengan cara mempertimbangkan perasaan dan keunikan
dari setiap individu maka pengawasan dapat bergerak jauh kearah penggunaan
efisien, standar-standar dan tujuan-tujuan dari organisasi.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan cara-cara yang
parsitifasif dalam menetapkan tujuan-tujuan dengan menekankan pengendalian diri
yang meningkat bisa digunakan. Melalui prosedur tersebut, para anggota sering
menetapkan standar-standar perbuatan yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri
daripada jika ditentukan oleh manajer, karena setiap orang ingin merasa mampu
dan berharga. Partisipasi dalam menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar
berarti pengakuan terhadap kemampuan dan martabat perseorangan. Pertentangan
antara manajemen dan pegawai dalam kondisi yang sesuai bisa dikurangi oleh
kegiatan-kegiatan partisipatif.
·
Pengawasan dan kreativitas
Pengawasan dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni:
1.
Tingkat legislatif, ialah tingkatan yang berurusan dengan perbuatan
putusan yang dasar tentang tujuan-tujuan, kebijaksanaan dan aturan-aturan untuk
dipakai dalam mencapai tujuan-tujuan.
2.
Tingkat administratif, ialah tuingkatan yang berurusan dengan
pelaksanaan dari hari ke hari putusan-putusan legislatif.
3.
Tingkat sanksi-sanksi., ialah tingkatan yang berurusan ddengan
pemaksaan pelaksanaan apa yang telah ditetapkan.
Dalam mencari kecocokan dengan aturan-aturan dan dalam menerapkan
sanksi-sanksi manajemen harus bertindak dengan berhati-hati, karena bila
tekanan terlalu kuat maka daya kreativitas akan menderita. Pengawasan
diciptakan untuk membantu manajemen dalam menutut perbuatan supaya mengikuti
standar-standar yang dikehendaki. Tetapi tuntutan inovasi meminta eksperimen
menemukan proses-proses yang baru dan prosedur-prosedur yang berbeda. Oleh
sebab itu, beberapa persediaan harus dibuat untuk menjamin bahwa potensi yang kreatif
tidak dihalang-halangi.
Ada dua perbedaan pokok
yang memisahkan antara pengawasan yang efektif dan pengawasan yang menekan.
Perbedaan tersebut terletak pada sikap dan bertalian hampir sepenuhnya dengan
cara bagaimana pengawasan didekati. Jika orang-orang memahami kebutuhan akan
keadaan yang teratur tetapi tetap menghargai sifat kreatifitas yang esensial
maka mereka akan menerima ganjaran yang layak terhadap sikap-sikapnya.
Apabila telah diterima bahwa
kerjasama yang efektif tidak dapat diperoleh dengan cara paksaan, melainkan
dengan cara yang lebih bersifat membina, mendorong, dan member semangat, maka
pimpinan harus mengarahkan usaha-usahanya pada terciptanya semangat kelompok
yang akan mendorong mereka untuk bekerja secara produktif.
Adapun ciri-ciri dari seorang pengawas yang
baik menurut Kimball wiles, seorang pengawas berurusan dengan persiapan
kepemimpinan yang efektif didalam staf. Untuk melaksanakan ini, ia harus selalu
berusaha untuk memperbaiki atau mengembangkan sensitivitasnya terhadap perasaan
orang lain untuk memperluas ketetapannya
tentang anggapan terhadap pendapat kelompok mengenai hal-hal yang penting
supaya selanjutnya lebih dapat melaksanakan hubungan-hubungan kerja sama yang kooperatif,
untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya sendiri
dan untuk lebih tinggi bagi dirinya sendiri dan untuk lebih sering berhubungan
dengan mereka didalam kelompok yang bekerja dengannya.[1]
Jadi untuk menjalankan fungsinya dengan
baik seorang pengawas harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Berpengatahuan luas tentang seluk beluk
semua pekerjaan yang ada dibawah pengawasannya.
2. Menguasai dan memahami benar-benar rencana
dan program yang telah digariskan dan yang akan dicapai oleh setiap lembaga
atau bagian.
3. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis
tentang teknik-teknik kepengawasan.
4. Memiliki sifat jujur, tegas, konsekuen,
ramah dan rendah hati.
5. Memiliki kemauan keras, rajin bekerja demi
tercapainya tujuan atau program yang telah disusun.
D.
PENGAWASAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH-SEKOLAH
Dalam pemakaiannya secara umum pengawasan meliputi kegiatan
mengarahkan, membimbing, memeriksa, mempertimbangkan dan menilai. Pengawasan
sebagai pekerjaan seorang pengawas terutama mengenai kegiatan-kegiatan yang
bersifat teknis. Perhatiannya berpusat kepada pelaksanaan-pelaksanaan serta
hasil-hasilnya. Maka kegiatan pengawasan dianggap sebagai proses penerapan
kekuasaan melalui alat dan teknik pengawasan untuk menetapkan apakah
rencana-rencana, kebijaksanaan-kebijaksanaan, intruksi-intruksi, dan
prosedur-prosedur yang ditetapkan diikuti dan efektif dilaksanakan.
Pengawasan pendidikan berkewajiban untuk menyediakan kondisi yang
perlu untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan efektif dan efisien.
Pengawasn hendaknya menjamin keselarasan, kecerdasan dan ekonomi yang
bersangkutan dengan usaha pendidikan
dan pengajaran. Pengawasan juga dilakukan untuk mengarahkan perbuatan-perbuatan yang diawasi supaya sesuai dengan maksud-maksud organisasi.
Pengawasan di sekolah dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Pengawasan langsung dapat dijalankan
melalui inspeksi atau observasi di tempat. Pengawasan tidak langsung bekerja
melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan-peraturan, istruksi-instruksi,
kurikulum yang dibakukan, ujian-ujian, program testing dan laporan-laporan.
Terdapat juga pengawasan yang informal, yakni yang bekerja melalui
kekuatan-kekuatan sosial seperti tradisi, kebiasaan, harapan, keyakinan dan etika jabatan.
Pengawasan juga mempunyai
hubungan yang erat dengan unsur-unsur proses administratif lainnya, bahkan dalam beberapa hal mungkin tidak
dapat dipisahkan lagi. Misalnya saja dalam perencanaan membangun
tujuan-tujuan serta menggariskan mekanisme pekerjaan dan prosedur untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Organisasi menetapkan hierarki
kedudukan-kedudukan hubungan antara orang yang memiliki kedudukan. Pengawasan
membangun komunikasi untuk menyalurkan perintah, instruksi, dan informasi
kesemua jurusan yang diperlukan dalam organisasi, sehingga setiap anggota
saling membantu satu sama lainnya.
Semua kegiatan tersebut jelas akan membantu pengawasan karena
menyediakan dasar bagi keberhasilan pekerjaan administrasi dan bagi pengukuran
penilaian hasil. Contohnya Merencanakan kurikulum dan ujian sekolah sistem pencatatan dan laporan kemajuan
murid dalam proses belajar. Hal tersebut tidak hanya sebagai pengawasa,
akan tetapi juga cara untuk menyesuaikan pengajaran bagi murid.
Tujuan
pengawasan pendidikan
1)
meningkatkan mutu kinerja guru membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut membantu guru
dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
Membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang
efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling menghargai satu
dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya
meningkatkan prestasi belajar siswa Meningkatkan kulaitas pengajaran guru baik
itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran. Sebagai salah satu dasar
pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
2)
Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik.
3)
Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang
ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan siswa
4)
Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai
prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5)
Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi
yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
E.
PENGAWASAN ADALAH EFEKTIF DENGAN PENERAPAN SUATU FUNGSI KELOMPOK
a.
Pengawasan yang efektif dengan penerapan suatu bentuk kekuatan
Dalam proses administrasi sekolah harus memikirkan fungsi
pengawasan sebagai kegiatan suatu jenis kekuatan dari berbagai sumber yang
cenderung untuk memperingatkan para pimpinan dan bawahan untuk bersedia
menjalankan kewajibannya. Banyak contoh yang memperlihatkan bahwa hukum bekerja
sebagai kekuatan untuk menjalankan pengawasan seperti pada pengawasan yudikatif
atau pengawassan melalui pengadilan, pengawasan legislative atau pengawasan
yang mengundang-undangkan peraturan-peraturan.
Pengawasan dalam arti teknis merupakan hukum atau peraturan yang
dapat menyediakan suatu dasar bagi pemeriksaan dan penilaian sesuatu yang
dikerjakan. Kekuatan dalam pengawasan ini terdapat dalam bentuk
fakta-fakta atau prinsip-prinsip. Misalnya
fakta yang nyata untuk mengis anggaran belanja dapat digunakan sebagai alat
untuk mengawasi pengeluaran dan menyediakan dasar hasil pengeluaran.
Teori tentang belajar dan
mengajar juga termasuk cara untuk mengawasi perbuatan. Misalnya tentang
bagaimana cara mengorganisasi murid, menciptakan pengalaman belajar, dan guru
yang mengajar dengan efektif. Jadi kekuatan yang dipakai dalam hal ini
bersumber pada pengetahuan, buka pada hukum.
Nilai-nilai atau norma-norma etika jabatan sering kali memiliki
kekuatan yang sama dengan pengawasan hukum. Sehubungan dengan etika jabatan
maka seluruh lembaga adat, kebiasaan, kepercayaan dan nilai-nilai yang hidup
dimasyarakat ikut serta dalam proses pengawasan. Etika jabatan sebenarnya
hanyalah suatu bentuk perumusan yang khusus tentang kekuatan-kekuatan sosial.
b.
Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa
karakteristik.
Karakteristik-karakteristik tersebut yaitu :
1.
Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi.
Dalam pengawasan ini harus memperhatikan pola dan tata organisasi,
misalnya sususnan, peraturan-peraturan, tugas-tugas dan kewenangan yang
terdapat dalam organisasi.
2.
Pengawasan hendaknya diarahkan untuk menemukan fakta-fakta.
Dilaksanakannya pengawasan hendaknya
mengarah pada penemuan terhadapa fakta-fakta. Fakta tersebut meliputi bagaimana tugas-tugas yang dijalankan. Pengawasan tidak
dimaksudkan untuk menemukan siapa yang salah, melainkan untuk menemukan apa
yang tidak betul.
3.
Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikkan.
Jadi pengawasan tidak saja mengungkapkan penyimpangan dari
pelaksanaan akan tetapi menyarankan cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
pelaksanaan yang menyimpang.
4.
Pengawasan harus bersifat fleksibel.
Fleksibelitas dalam keseluruhan proses pengawasan itu penting bagi
penyesuaian pada kondisi yang berubah. Rencana atau standar yang mendasari
pengukuran pengawasan mungkin memerlukan perbaikkan bila keadaan yang
mendasarinya berubah.
5.
Pengawasan harus bersifat prefentif.
Maksudnya adalah harus dapat mencegah timbulnya penyimpangan dari
rencana semula. Untuk itu, pengawasan harus prediktif artinya ia harus bisa
mengantisipasi dan mengidentifikasi suatu masalah sebelum itu terjadi.
6.
Sistem pengawasan harus dapat difahami.
Orang-orang yang terlibat harus memahami apa yang hendak dicapai
oleh pengawasan itu dan bagaimana mereka selaku individu dapat menarik manfaat
sepenuhnya dari hasilnya.
7.
Pengawasan hanyalah alat administrasi.
Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan-tujuan.
Oleh karena itu, pengawasan harus bersifat membimbing supaya para pelaksana
meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan
bagi mereka.
c.
Alat dan teknik pengawasan
Alat dan teknik pengawasan memiliki banyak bentuk, ada yang
sederhana dan ada juga yang kompleks serta rumit. Beberapa teknik pengawasan
diantaranya adalah mengukur ketertiban perbuatan finansial, teknik yang
berurusan dengan efisiensi operasi organisasi, ada juga yang berurusan dengan
sikap, persepsi dan efektifitas pegawai. Walaupun teknik-teknik pengawasan itu
banyak perbedaan baik dalam desain danhal apa yang mereka ukur, akan tetapi
semuanya bertujuan yang sam yakni untuk menentukan penyimpangan-penyimpangan
dari standar yang dikehendaki sehingga para pengawas dapat mengambil tindakan
yang perbaikan yang tepat.
Pengawasan diperlukan pada semua bidang kegiatan disekolah dalam
proses pengajaran, guru, murid, keuangan, pembangunan dan perawatan gedung
sekolah, perlengkapan serta hubungan dengan masyarakat disekitar sekolah. Dalam
sebuah organisasi sekolah pasti akan ditemui berbagai macam kegiatan
diantaranya ialah penerimaan siswa baru, proses kegiatan belajar mengajar, menyelenggarakan
ujian, menempatkan dan menugaskan tiap-tiap guru sesuai dengan keahliannya,
memanfaatkan harta benda yang dimiliki oleh sekolah dll. Dalam berbagai macam
kegiatab tersebut dibutuhkan pengawasan yang cocok untuk membimbing dan menilai hasilnya supaya
sesuai dengan apa yang diinginkan.
Untuk menjalankan pengawasan dengan efektif, setiap kegiatan
pengawasan diperlukan alat dan teknik yang sesuai. Misalnya untuk dapaty
melakukan pengawasan keuangan maka diciptakan anggaran belanja, sistem
pembukuan dan sistem accounting. Untuk melakukan pengawasan terhadap
pengajaran, maka dibuat kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang maksud dan tujuan yang
hendak dicapai oleh sekolah, membuat kurikulum sekolah yang dibakukan serta
pedoman pelaksanaannya, membuat syarat-syarat bagi murid yang akan menempuh
pengajaannya. Para guru juga harus menciptakan suatu sistem penilaian prestasi
murid dan menetapkan syarat-syarat kenaikan kelas serta peraturan ujian.
Dikenal juga alat-alat pengawasan yang lebih khusus lagi yang berhubungan
dengan tata usaha sekolah seperti daftar gaji, daftar impentaris milik sekolah,
buku indik, daftar presensi, buku laporan dan sebagainya.
Semakin khusus dan teknis suatu kegiatan dalam penyelenggaraan
sekolah, maka semakin besar keharusan untuk mempunyai kekuatan pengetahuan
dalam pengawasan tersebut. Hal ini menyarankan bahwa alat dan teknik pengawasan
harus memiliki instrument yang khusus dan diciptakan sesuai dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan serta sifat kekuatan yang diterapkan pada pekerjaan
itu. Supervise pengajaran termasuk fungsi pengawasan yang sangat khusus katena
meiliki sifat yang khas dan teknik-teknikm yang khusus.
Tekhnik dan Metode pengawasan
yang Lain
Ø Kunjungan
sekolah (school visit). Akan memberikan pengatahuan yang lengkap tentang
situasi sekolah sehingga program akan lebih efektif.
Ø Kunjungan kelas
(class visit). Merupakan suatu metode supervisi yang “to the point” kena
sasaran.
Ø Pertemuan
individual. Setelah suatu kunjungan berakhir, hendaklah diadakan pembicaraan
langsung dan pribadi tentang hasil kunjungan dengan orang yang dikunjungi.
Ø Rapat sekolah.
Untuk membicarakan kepentingan murid dan sekolah dan hal-hal yang berhubungan
dengan sekolah.
Ø Pendidikan
service. Untuk kepentingan mutu mrngajar dan belajar, maka guru perlu
mengembangkan pengetahuan sesuai dengan profesinya dengan berbagai cara.
Misalnya : study individual, study grops, menghadiri ceramah, mengadakan
intervisitasi dsb.
Ø Workshop
(musyawarah kerja_muker). Untuk mengembangkan professional karyawan
(in-service) Intervisitas.
Saling kunjung-memgunjungi sesama guru untuk mengobservasi situasi belajar
masing-masing.
Ø Demonstrasi
mengajar. Metode ini dapat dilakukan oleh supervisor sendiri atau oleh guru
yang ahli untuk memperkenalkan metode mengajar yang efektif.
Ø Bulletin
supervise/bulletin boadr. Bulletin berkala dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
program pendidikan dan penngajaran, bisa mingguan atau bulanan.
Ø Kunjungan
rumah. Tujuannya untuk mempelajari bagaimana situasi hidup orang yang
disupervisi di rumah terutama meneliti masalah-masalah yang secara langsung
atau tak langsung mempengaruhi tugas/kewajiban orang yang disupervisi itu
DAFTAR PUSTAKA
·
Sutisna, Oteng. 1986. Administrasi pendidikan dasar teoritis
untuk praktik professional. Bandung : Angkasa.
·
Burhanudin, Yusaka. 1998. Administrasi pendidikan. Bandung:
Pustaka setia.
·
Purwanto, Ngalim. 1987. Administrasi dan supervise pendidikan.
Bandung : Rosda karya.
·
Rifa’i,
Mohammad, 1982, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan 2. Bandung: Jemmars
·
Anonimous. 2006. Administrasi
dan supervisi pendidikan. Departemen agama RI
·
Sagala,
Syaiful, 2006, Administrasi Pendidikan
Kontemporer. Bandung: Alfabeta
·
Purwanto,
Ngalim Dkk, 1983, Administrasi Pendidikan.
Jakarta: Mutiara
makasih ilmunya yaa :)
BalasHapusSangat bermanfaat sekali. Silahkan juga kunjungi
BalasHapus1. Instrumen dan Prinsip Pengawasan
2. Pengertian dan Fungsi Manajemen Pengawasan
3. Tujuan dan Fungsi Pengawasan
4. Ciri-Ciri dan Syarat Pengawasan
5. Jenis dan Teknik Pengawasan
6. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)