Juwairiyah
Binti al-Harits Bin Abi Dhirar bin al-Habib al-Khuza'iyah al-Mushthaliqiyyah.
Beliau adalah secantik-cantik seorang wanita. Aisyah r.a berkata :”aku tidak
pernah melihat seorang wanita yang lebih banyak memberikan berkah untuk kaumnya
kecuali Juwairiyyah. Nama Juwairiyyah sendiri merupakan nama pemberian dari
Nabi Saw.
Juwairiyyah
r.a adalah putri dari tuan dan pemuka bani musthaliq yakni Al-harits ibn abi
Dharar. Bani musthaliq merupakan kabilah yang memerangi islam, selalu
menginginkan cahaya allah padam serta tidak mau mengusir kejahiliahan dan
berhala mereka. Mereka mengumpulkan binatang dan senjata untuk bersiap-siap
menyerang madinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW telah mengetahui niat jahat
Bani musthiq dan segala niat jahatnya dari para mata-matanya. Sehingga beliau
memutuskan untuk memberikan kejutan dimarkas mereka dengan cara menyerbu ke
sumber air, Al-murasi’ dan menyerang mereka sehingga pupuslah harapan mereka.
Dari sinilah Juwairiyyah masuk kedalam kehidupan Nabi dan mendapat kemuliaan
sebagai Ummul Mukminin.
Juwairiyyah termasuk wanita yang ditawan
tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi'. Hasil
Undian Juwairiyyah adalah bagian untuk Tsabit Bin Qais bin syamas atau anak
pamannya, tatkala itu Juwairiyyah berumur 20 tahun. Akan tetapi akhirnya beliau
selamat dari kehinaan sebagai tawanan atau rampasan perang dan kerendahannya.
Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya).
kemudian mendatangi Rasulullah SAW agar mau menolong untuk menebus dirinya.
Aisyah
r.a menyifati Juwairiyyah dengan berkata :” Dia seorang wanita dengan berparas
manis yang menarik hati siapapun yang melihatnya. Ketika Nabi berada
disampingku Juwairiyyah masuk dan bertanya tentang pembebasan dirinya. Sungguh
aku tidak suka menemui Rosullullah SAW karena beliau akan melihat kecantikan
Juwairiyyah seperti yang aku lihat.”
Ketika
itu Juwairiyyah berkata kepada Rosullullah SAW : Ya Rosullullah, aku
Juwairiyyah binti Al Harits putri pemuka bani Musthaliq. Kau telah mengetahui
kejadian yang menimpaku dan aku jatuh kebagian Tsabit bin Qois lalu dia menebus
dengan 9 uqiyah tolong ebaskan aku”. Maka menjadi iba-lah hati Nabi SAW melihat kondis seorang wanita yang mulanya
adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan
ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: "Maukah
engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?". Maka dia menjawab
dengan sopan: "Apakah itu Ya Rasulullah ?". Beliau menjawab:
"Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!". Maka
tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia
hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau
menjawab:"baiklah Ya Rasulullah". Maka Rasulullah SAW
bersabda:"Aku telah melakukannya".
'Aisyah r.a berkata:"Tersebarlah berita kepada manusia
bahwa Rasulullah SAW telah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar.
Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan
pernikahan beliau dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus
keluarga dari Bani Mushthaliq.”
Aiysah r.a juga menambahkan ‘ Aku tidak pernah mengetahui
seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya dari pada Juwairiyyah. Ini
berawal dari peperangan Al-murisi’”. Awal keislamannya adalah kebaikkan dan
berkah. Inilah awal kemunculan juwairiyyah, lalu disusul dengan keislaman dan
kejujuran imannya.
Ibn Abbas r.a berkata: “ Juwairiyyah dahulu bernama Barrah
kemudian diganti oleh rosullullah dengan nama Juwairiyyah. Rosullullah keluar
dari rumah Juwairiyyah untuk melaksanaka shalat subuh, beliau duduk sampai
waktu duha. Setelah pulang juwairiyyah masih di tempat sholat. Juwairiyyah
berkata : “ aku masih beribadah setelahmu wahai Rosullullah”. Nabi SAW bersabda
: “ aku telah berdo’a setelahmu dengan beberapa kata yang jika ditimbang lebih
besar daripada apapun. Aku mengucapkan
مَدَادَكَلِمَتِهِ الله سُبْحَان عَرْ
شِه زِنَتَ الله سُبْحَانَ نَفْسِهِ رِضَا اللهُ سُبْحَان عَدَدَمَاخَلَقَ الله سُبْحَان
Artinya : “maha suci Allah sejumlah apa yang dia ciptakan.
Maha suci Allah sesuai dengan keridhaan- Nya. Maha suci Allah setimbang dengan
Arsy Nya. Maha suci Allah sepenuh kalimat-kalimat Nya”.
Selain ketakwaan dan ibadahnya yang tinggi, Juwairiyyah juga
merupakan seorang penghafal hadis. Abu Ayyub Al-Itki berkata tentang
Juwairiyyah “ Nabi Muhammad SAW mengunjunginya pada hari jum’at dan dia sedang
berpuasa. Rosulullah bertanya : Apakah kamu puasa kemarin? Dia menjawab
“Tidak”. Beliau bertanya kembali apakah besok kau akan berpuasa? Dia menjawab
“Tidak”. Lalu beliau bersabda “ Batalkan puasa mu”.
Ibnu Hajar menyebutkan di dalam kitabnya, al-Ishabah tentang
kuatnya keimanan Juwairiyyah r.a. Beliau berkata: "Ayah Juwairiyyah
mendatangi Rasul dan berkata: "Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan
karena terlalu mulia dari hal itu. Maka Nabi SAW bersabda: "Bagaimana
pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih di antara kita; apakah anda
setuju?". "Baiklah", katanya. Kemudian ayahnya mendatangi
Juwairiyyah dan menyuruhnya untuk memilih antara dirinya dengan Rasulullah SAW.
Maka beliau menjawab:"Aku memilih Allah dan Rasul-Nya".
Pada
suatu hari ayah Juwairiyyah berniat pergi ke madinah untuk menebus anaknya
dengan 100 ekor unta. Dalam perjalanan menuju madinah, dia menyukai 2 ekor unta
sehingga dia menyembunyikan kedua ekor unta tersebut. Sesampainya di Madinah
dia meminta Nabi untuk menerima tebusannya. Beliau menyambut baik kedatangannya
seraya berkata “ bagaimana kabar unta yang disembunyikan disuatu tempat?? “
seketika dia keheranan lidahnya tidak bisa berbohong. Kemudia dia berkata: “
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan engkau wahai Muhammad adalah
Rosulullah. Hanya Allah yang tahu tentang masalah ini.”.
Akhirnya
ayah Juwairiyyah masuk Islam dan seluruh Bani Manthiq pun memeluk agama Islam.
Semua itu karena berkah dari , Juwairiyyah karena pernikahannya dengan Rasulullah SAW membawa
berkah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang
dicintainya berpindah dari memalingkan ibadah untuk selian Allah dan kesyirikan
menuju kebebasan dan cahaya Islam beserta kewibawaannya.
Ummul Mukminin, Juwairiyyah wafat pada tahun 50 H. konon pada
umur 65 tahun. Amirul Mu’minin, Marwan ibn Alhakam mensholatinya dan Juwiriyaah
dimakamkan di Baqi’. Semoga Allah merahmati Ummul
Mukminin..................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar