Minggu, 04 Maret 2012

JUWAIRIYYAH BINTI AL-HARITS R.A



Juwairiyah Binti al-Harits Bin Abi Dhirar bin al-Habib al-Khuza'iyah al-Mushthaliqiyyah. Beliau adalah secantik-cantik seorang wanita. Aisyah r.a berkata :”aku tidak pernah melihat seorang wanita yang lebih banyak memberikan berkah untuk kaumnya kecuali Juwairiyyah. Nama Juwairiyyah sendiri merupakan nama pemberian dari Nabi Saw.
Juwairiyyah r.a adalah putri dari tuan dan pemuka bani musthaliq yakni Al-harits ibn abi Dharar. Bani musthaliq merupakan kabilah yang memerangi islam, selalu menginginkan cahaya allah padam serta tidak mau mengusir kejahiliahan dan berhala mereka. Mereka mengumpulkan binatang dan senjata untuk bersiap-siap menyerang madinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW telah mengetahui niat jahat Bani musthiq dan segala niat jahatnya dari para mata-matanya. Sehingga beliau memutuskan untuk memberikan kejutan dimarkas mereka dengan cara menyerbu ke sumber air, Al-murasi’ dan menyerang mereka sehingga pupuslah harapan mereka. Dari sinilah Juwairiyyah masuk kedalam kehidupan Nabi dan mendapat kemuliaan sebagai Ummul Mukminin.
 Juwairiyyah termasuk wanita yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi'. Hasil Undian Juwairiyyah adalah bagian untuk Tsabit Bin Qais bin syamas atau anak pamannya, tatkala itu Juwairiyyah berumur 20 tahun. Akan tetapi akhirnya beliau selamat dari kehinaan sebagai tawanan atau rampasan perang dan kerendahannya. Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya). kemudian mendatangi Rasulullah SAW agar mau menolong untuk menebus dirinya.
Aisyah r.a menyifati Juwairiyyah dengan berkata :” Dia seorang wanita dengan berparas manis yang menarik hati siapapun yang melihatnya. Ketika Nabi berada disampingku Juwairiyyah masuk dan bertanya tentang pembebasan dirinya. Sungguh aku tidak suka menemui Rosullullah SAW karena beliau akan melihat kecantikan Juwairiyyah seperti yang aku lihat.”
Ketika itu Juwairiyyah berkata kepada Rosullullah SAW : Ya Rosullullah, aku Juwairiyyah binti Al Harits putri pemuka bani Musthaliq. Kau telah mengetahui kejadian yang menimpaku dan aku jatuh kebagian Tsabit bin Qois lalu dia menebus dengan 9 uqiyah tolong ebaskan aku”.  Maka menjadi iba-lah hati Nabi SAW  melihat kondis seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: "Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?". Maka dia menjawab dengan sopan: "Apakah itu Ya Rasulullah ?". Beliau menjawab: "Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!". Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:"baiklah Ya Rasulullah". Maka Rasulullah SAW bersabda:"Aku telah melakukannya".
'Aisyah r.a berkata:"Tersebarlah berita kepada manusia bahwa Rasulullah SAW telah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar. Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq.”
Aiysah r.a juga menambahkan ‘ Aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya dari pada Juwairiyyah. Ini berawal dari peperangan Al-murisi’”. Awal keislamannya adalah kebaikkan dan berkah. Inilah awal kemunculan juwairiyyah, lalu disusul dengan keislaman dan kejujuran imannya.
Ibn Abbas r.a berkata: “ Juwairiyyah dahulu bernama Barrah kemudian diganti oleh rosullullah dengan nama Juwairiyyah. Rosullullah keluar dari rumah Juwairiyyah untuk melaksanaka shalat subuh, beliau duduk sampai waktu duha. Setelah pulang juwairiyyah masih di tempat sholat. Juwairiyyah berkata : “ aku masih beribadah setelahmu wahai Rosullullah”. Nabi SAW bersabda : “ aku telah berdo’a setelahmu dengan beberapa kata yang jika ditimbang lebih besar daripada apapun. Aku mengucapkan
مَدَادَكَلِمَتِهِ الله سُبْحَان عَرْ شِه زِنَتَ الله سُبْحَانَ نَفْسِهِ رِضَا  اللهُ سُبْحَان عَدَدَمَاخَلَقَ الله سُبْحَان
Artinya : “maha suci Allah sejumlah apa yang dia ciptakan. Maha suci Allah sesuai dengan keridhaan- Nya. Maha suci Allah setimbang dengan Arsy Nya. Maha suci Allah sepenuh kalimat-kalimat Nya”.

Selain ketakwaan dan ibadahnya yang tinggi, Juwairiyyah juga merupakan seorang penghafal hadis. Abu Ayyub Al-Itki berkata tentang Juwairiyyah “ Nabi Muhammad SAW mengunjunginya pada hari jum’at dan dia sedang berpuasa. Rosulullah bertanya : Apakah kamu puasa kemarin? Dia menjawab “Tidak”. Beliau bertanya kembali apakah besok kau akan berpuasa? Dia menjawab “Tidak”. Lalu beliau bersabda “ Batalkan puasa mu”.
Ibnu Hajar menyebutkan di dalam kitabnya, al-Ishabah tentang kuatnya keimanan Juwairiyyah r.a. Beliau berkata: "Ayah Juwairiyyah mendatangi Rasul dan berkata: "Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan karena terlalu mulia dari hal itu. Maka Nabi SAW bersabda: "Bagaimana pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih di antara kita; apakah anda setuju?". "Baiklah", katanya. Kemudian ayahnya mendatangi Juwairiyyah dan menyuruhnya untuk memilih antara dirinya dengan Rasulullah SAW. Maka beliau menjawab:"Aku memilih Allah dan Rasul-Nya".
Pada suatu hari ayah Juwairiyyah berniat pergi ke madinah untuk menebus anaknya dengan 100 ekor unta. Dalam perjalanan menuju madinah, dia menyukai 2 ekor unta sehingga dia menyembunyikan kedua ekor unta tersebut. Sesampainya di Madinah dia meminta Nabi untuk menerima tebusannya. Beliau menyambut baik kedatangannya seraya berkata “ bagaimana kabar unta yang disembunyikan disuatu tempat?? “ seketika dia keheranan lidahnya tidak bisa berbohong. Kemudia dia berkata: “ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan engkau wahai Muhammad adalah Rosulullah. Hanya Allah yang tahu tentang masalah ini.”.
Akhirnya ayah Juwairiyyah masuk Islam dan seluruh Bani Manthiq pun memeluk agama Islam. Semua itu karena berkah dari  , Juwairiyyah karena pernikahannya dengan Rasulullah SAW membawa berkah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dari memalingkan ibadah untuk selian Allah dan kesyirikan menuju kebebasan dan cahaya Islam beserta kewibawaannya.
Ummul Mukminin, Juwairiyyah wafat pada tahun 50 H. konon pada umur 65 tahun. Amirul Mu’minin, Marwan ibn Alhakam mensholatinya dan Juwiriyaah dimakamkan di Baqi’. Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin..................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar