Minggu, 04 Maret 2012

PENGAWASAN DALAM PROSES ADMINISTRASI PENDIDIKAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Kegiatan pengawasan dilakukan untuk mengetahui apakah semua kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan semula serta untuk mengetahui hasil-hasil yang dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tindakan pengawasan juga dapat mengetahui kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan sehingga dapat dicari solusinya. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung atupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan melalui kegiatan pengawasan ditempat, sedangkan pengawasan tidak langsung dapat melalui kebijakan-kebijakan, surat edaran, pemberian instruksi melalui surat edaran, dll.
Dalam organisasi pendidikan sekolah, pengawasan ditujukan untuk member bimbingan dan pengarahan, pemeriksaan dan penilaian. Pengawasan ini dilakukan oleh kepala sekolah. Beliau hartus memeberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan terhadap sejauh mana para guru menjalankan tugasnyadalam usaha mengembangkan potensi siswa. Selain itu, kepala sekolah juga harus mengontrol kegiatan tata usaha dalam melakuka fungsi-fungsi administrasi sekolah. Apabila terdapat penyimpangan, hendaknya kepala sekolah mampu menemukan solusinya.
Pengawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan orang lain ataupun untuk member hukuman pada yang melakukan penyimpangan, melainkan untuk mengadakan perbaikkan dalam usaha memenyelesaikan semua permasalahan yang ada demi kepentingan dan tujuan organisasi. Selain itu seorang pemimpin organisasi atau kepala sekolah sebaiknya menjauhi sikap ingin menang sendiri, terlalu mengekang dan memakasa kehendak sendiri, akan tetapi seorang pemimpin harusbjaksana dan mengutamakan keobjektivitasan yang tinggi.
Dalam makalah ini, saya akan mencoba memaparkan secara terperinci tentang pengawasan yang merupakan salah satu proses dari adminstrasi pendidikan.

B.     Rumusan masalah
a.       Apa arti dari pengawasan?
b.      Apa yang dimaksud dengan pengawasan organisasional dan pengawasan operasional?
c.       Bagaimana peranan faktor manusia dalam pengawasan?
d.      Apa fungsi pengawasan pendidikan di sekolah?
e.       Bagaimana pengawasan yang efektif itu?

C.    Tujuan
a.       Menjelaskan arti pengawasan.
b.      Menjelaskan pengawasan organisasional dan pengawasan operasional.
c.       Menjelaskan faktor-faktor manusia dalam pengawasan.
d.      Menerangkan pengawasan yang efektif.



BAB II
PENGAWASAN

A.    ARTI PENGAWASAN

Pengawasan identik dengan kata controlling yang berarti pemeriksaan. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia pengawasan adalah penilikan dan penjagaan, jadi pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga dengan baik. Menurut winardi, pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksankan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan hasil yang direncanakan. Sedangkan menrut kadarman, pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah  terjadi suatu penyimpangan serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.
 Pengawasan adalah fungsi administratif bagi setiap administrator untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Pengawasan itu meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Hal tersebut digunakan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan yang terjadi kemudian  jika telah diketahui kesalahannya, maka dilakukan pembetulan atau penataan kembali dan mencegahnya supaya tidak terulang kembali.

Dilihat dari prosesnya, tindakan pengawasan terdiri atas empat langkah universal yakni :
1.      Menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran penilaian.
2.      Mengukur atau menilai perbuatan yang sedang atau telah dilakukan.
3.      Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika ada.
4.      Memperbaiki jika terdapat penyimpangan dari standar dengan cara tindakan pembetulan.

Jadi sebuah pengawasan mensyaratkan adanya tujuan dan rencana tang tersusun dengan baik. Seorang administrator tidak akan mampu melakukan pengawasan apabila tidak membuat perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan yang jelas, lengkap dan terkoordinasi dengan baik maka pengawasan administratif bisa dijalankan. Pengawasan yang ideal seperti perencanaan, hakekatnya melihat kedepan. Sistem yang paling baik adalah memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi serta mendeteksi penyimpangan-penyimpangan sebelum itu terjadi.
Pengawasan adalah fungsi dari setiap administrator. Setiap orang atau atasan yang mengepalai suatu satuan organisasi mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap bawahannya. Pengawasan begitu melekat terhadap tingkat administrasi yang paling tinggi/pemimpin, akan tetapi sesungguhnya pengawasan itu merupakan tanggung jawab bersama. Pengawasan merupakan suatu fungsi administratif yang amat penting pada tingkat administrasi.
Ada dua faktor yang yang menyebabkan diperlukannya sebuah pengawasan. Faktor yang pertama adalah karena tujuan-tujuan individu dengan tujuan-tujuan organisasi sering berbeda, sehingga tercipta kegiatan-kegiatan yan tidak terkoordinasi. Faktor yang kedua adalah pengawasan diperlukan karena adanya penundaan waktu antara saat tujuan dirumuskan dan saat tujuan itu dicapai. Selama jarak waktu tersebut kondisi yang tidak terduga bisa menyebabkan penyimpangan antara perbuatan yang sebenarnya dan perbuatan yang dikehendaki.

            Fungsi dari pengawasan khususnya pengawasan pendidikan ialah:

1)      Dalam bidang kepemimpinan

v  Menyusun rencana bersama.
v  Mengikutsertakan anggota kelompok dalam berbagai kegiatan.
v  Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memechkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
v  Membangkitkan semangat dan moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
v  Membagi wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan kecakapan masing-masing.
v  Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
v  Menghilangkan rasa malu dan rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.

2)      Dalam hubungan kemanusiaan

v  Memnfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikkan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
v  Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis, dsb.
v  Mengarahkan anggota kelompok pada sikap-sikap yang demokratis.
v  Memupuk rasa saling menghormati diantara sesame anggota kelompok dan sesama manusia.
v  Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.

3)      Dalam pembinaan proses kelompok

v  Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
v  Menimbulkan dan memelihara sikap percaya mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dengan pemimpin.
v  Memupuk sikap kesediaan tolong menolong.
v  Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
v  Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat diantara anggota kelompok.
v  Mengetahui teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya.

4)      Dalam bidang administrasi personil

v  Memilih personil yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
v  Menempatkan personil pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.
v  Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.

5)      Dalam bidang evaluasi

v  Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secar khusus dan terinci.
v  Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai  kriteria penilaian.
v  Menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yanga ada.
v  Dapat menafsirkan dan meyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.

Apabila fungsi-fungsi tersebut benaar-benar dikuasia dan dijalankan dengan baik oleh setiap pemimpin, termasuk kepala sekolah terhadap para anggotanya, mak kelancaran jalannya lembaga atau sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan akan lebih terjamin.
Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :

Ø  Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
Ø  Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
Ø  Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
Ø  Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.
Ø  Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.

B.     PENGAWASAN ORGANISASIONAL DAN PENGAWASAN OPERASIONAL

Pengawasan dapat digolongkan pada pengawasan organisasional dan pengawasan operasional. Pengawasan organisasional yang sering disebut dengan pengawasan managerial ialah sebuah proses para manajer menjamin bahwa sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan pengawasan operasional adalah sebuah proses menjamin bahwa tujuan-tujuan yang khusus dijalankan dengan efektif dan efisiaen.
Model pengawasan organisasional menilai perbuatan keseluruhan dari organisasi atau bidang-bidang bagiannya, misalnya saja standar pengukuran seperti biaya satuan per murid,  rasio guru dan murid, tingkat kemampuan murid, jumlah murid yang putus sekolah dan mengukur aspek-aspek luas dari perbuatan organisasi pendidikan formal. Apabila terdapat kegagalan dan tidak memenuhi standar pengawasan maka dilakukan perbaikan. Perbaikan tersebut meliputi tujuan yang didesain kembal, perubahan dalam struktur organisasi fomal, membangun komunikasi intern dan ekstern yang lebih baik, supervisi pengajaran yang lebih efektif serta memotifasi pegawai untuk lebih mendorong peningkatan prestasi.
Pengawasan operasional mengukur efisiensi perbuatan dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan tindakan pembetulan. Misalnya saja, dalam proses belajar mengajar diperlukan buku pelajaran dan alat-alat yang menunjang proses belajar mengar, apabila tidak terdapat buku dan alat penunjang lainnya  maka harus segera nencari atau memperolehnya. Kehadiran guru, murid dan pegawai pendidikan lainnya harus mematuhi jadwal kegiatan pendidikan yang telah ditetapkan serta standar-standar proses belajar mengajar harus dipenuhi. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka harus cepat dilakukan tindakan perbaikkan untuk mencewgah praktek-praktek yang merugikan proses belajar selanjutnya. Pengawasan organisasional dan operasional sangat diperlukan bagi pengawasan yang efektif dalam organisasi.

C.    FAKTOR-FAKTOR MANUSIA DALAM PENGAWASA

Bagi kebanyakan orang menganggap bahwa pngawasan adalah alat administrasi yang dapat menentukan ganjaran atau hukuman yang akan diberikan. Pengawasan memiliki implikasi-implikasi emosional dan motivasional dengan konsekuensi-konsekuensi fungsional dan disfungsional yang dinyatakan secara tidak langsung.
Seringkali pengawasan dipandang sebagai pengekang, orang-orang akan memberontak apabila dirinya merasa terkekang. Orang-orang juga membenci pengawasan karena mereka tidak mengetahui dan memahami makna dari pengawasan. Misalnya saja para pengendara kendaraan yang ugal-ugalan dan tidak mematuhi aturan, mereka tidak menyadari bahwa aturan yang dibuat tersebut diciptakan untuk melindungi dirinya sendiri maupun orang banyak dari kecelakaan lalulintas.
Prespektif yang terlalu sempit terhadap pengawasan bisa menyebabkan masalah-masalah. Misalnya pengawasan dari unit bagian hanya memusatkan pengawasannya terhadap tujuan-tujuan dari unit pengawasannya saja, sedangkan tujuan-tujuan yang lebih luas dari organisasi samasekali tidak dihiraukan. Contohnya tentang penjabat yang hanya memikirkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh dirinya, tangpa memperhatikan tujuan-tujuan yang harus dicapai secara umum yang lebih penting.
Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk membuat pengawasan lebih menarik dan lebih efektif. Pertama adalah standar-standar kuantitatif dan impersonal tidak mempertimbangkan perbedaan individual dari setiap individu. Jika standar-standar dikelola dengan cara mempertimbangkan perasaan dan keunikan dari setiap individu maka pengawasan dapat bergerak jauh kearah penggunaan efisien, standar-standar dan tujuan-tujuan dari organisasi.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan cara-cara yang parsitifasif dalam menetapkan tujuan-tujuan dengan menekankan pengendalian diri yang meningkat bisa digunakan. Melalui prosedur tersebut, para anggota sering menetapkan standar-standar perbuatan yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri daripada jika ditentukan oleh manajer, karena setiap orang ingin merasa mampu dan berharga. Partisipasi dalam menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar berarti pengakuan terhadap kemampuan dan martabat perseorangan. Pertentangan antara manajemen dan pegawai dalam kondisi yang sesuai bisa dikurangi oleh kegiatan-kegiatan partisipatif.

·         Pengawasan dan kreativitas

Pengawasan dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni:
1.      Tingkat legislatif, ialah tingkatan yang berurusan dengan perbuatan putusan yang dasar tentang tujuan-tujuan, kebijaksanaan dan aturan-aturan untuk dipakai dalam mencapai tujuan-tujuan.
2.      Tingkat administratif, ialah tuingkatan yang berurusan dengan pelaksanaan dari hari ke hari putusan-putusan legislatif.
3.      Tingkat sanksi-sanksi., ialah tingkatan yang berurusan ddengan pemaksaan pelaksanaan apa yang telah ditetapkan.

Dalam mencari kecocokan dengan aturan-aturan dan dalam menerapkan sanksi-sanksi manajemen harus bertindak dengan berhati-hati, karena bila tekanan terlalu kuat maka daya kreativitas akan menderita. Pengawasan diciptakan untuk membantu manajemen dalam menutut perbuatan supaya mengikuti standar-standar yang dikehendaki. Tetapi tuntutan inovasi meminta eksperimen menemukan proses-proses yang baru dan prosedur-prosedur yang berbeda. Oleh sebab itu, beberapa persediaan harus dibuat untuk menjamin bahwa potensi yang kreatif tidak dihalang-halangi.
      Ada dua perbedaan pokok yang memisahkan antara pengawasan yang efektif dan pengawasan yang menekan. Perbedaan tersebut terletak pada sikap dan bertalian hampir sepenuhnya dengan cara bagaimana pengawasan didekati. Jika orang-orang memahami kebutuhan akan keadaan yang teratur tetapi tetap menghargai sifat kreatifitas yang esensial maka mereka akan menerima ganjaran yang layak terhadap sikap-sikapnya.
      Apabila telah diterima bahwa kerjasama yang efektif tidak dapat diperoleh dengan cara paksaan, melainkan dengan cara yang lebih bersifat membina, mendorong, dan member semangat, maka pimpinan harus mengarahkan usaha-usahanya pada terciptanya semangat kelompok yang akan mendorong mereka untuk bekerja secara produktif.
      Adapun ciri-ciri dari seorang pengawas yang baik menurut Kimball wiles, seorang pengawas berurusan dengan persiapan kepemimpinan yang efektif didalam staf. Untuk melaksanakan ini, ia harus selalu berusaha untuk memperbaiki atau mengembangkan sensitivitasnya terhadap perasaan orang lain  untuk memperluas ketetapannya tentang anggapan terhadap pendapat kelompok mengenai hal-hal yang penting supaya selanjutnya lebih dapat melaksanakan hubungan-hubungan kerja sama yang kooperatif, untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya sendiri dan untuk lebih tinggi bagi dirinya sendiri dan untuk lebih sering berhubungan dengan mereka didalam kelompok yang bekerja dengannya.[1]
Jadi untuk menjalankan fungsinya dengan baik seorang pengawas harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Berpengatahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang ada dibawah pengawasannya.
2.      Menguasai dan memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan dan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3.      Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik kepengawasan.
4.      Memiliki sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati.
5.      Memiliki kemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah disusun.


D.    PENGAWASAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH-SEKOLAH

Dalam pemakaiannya secara umum pengawasan meliputi kegiatan mengarahkan, membimbing, memeriksa, mempertimbangkan dan menilai. Pengawasan sebagai pekerjaan seorang pengawas terutama mengenai kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis. Perhatiannya berpusat kepada pelaksanaan-pelaksanaan serta hasil-hasilnya. Maka kegiatan pengawasan dianggap sebagai proses penerapan kekuasaan melalui alat dan teknik pengawasan untuk menetapkan apakah rencana-rencana, kebijaksanaan-kebijaksanaan, intruksi-intruksi, dan prosedur-prosedur yang ditetapkan diikuti dan efektif dilaksanakan.
Pengawasan pendidikan berkewajiban untuk menyediakan kondisi yang perlu untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan efektif dan efisien. Pengawasn hendaknya menjamin keselarasan, kecerdasan dan ekonomi yang bersangkutan dengan usaha pendidikan dan pengajaran. Pengawasan juga dilakukan untuk mengarahkan perbuatan-perbuatan yang diawasi supaya  sesuai dengan maksud-maksud organisasi.
Pengawasan di sekolah dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengawasan langsung dapat dijalankan melalui inspeksi atau observasi di tempat. Pengawasan tidak langsung bekerja melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan-peraturan, istruksi-instruksi, kurikulum yang dibakukan, ujian-ujian, program testing dan laporan-laporan. Terdapat juga pengawasan yang informal, yakni yang bekerja melalui kekuatan-kekuatan sosial seperti tradisi, kebiasaan, harapan,  keyakinan dan etika jabatan.
Pengawasan juga mempunyai hubungan yang erat dengan unsur-unsur proses administratif lainnya, bahkan dalam beberapa hal mungkin tidak dapat dipisahkan lagi.  Misalnya saja dalam perencanaan membangun tujuan-tujuan serta menggariskan mekanisme pekerjaan dan prosedur untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Organisasi menetapkan hierarki kedudukan-kedudukan hubungan antara orang yang memiliki kedudukan. Pengawasan membangun komunikasi untuk menyalurkan perintah, instruksi, dan informasi kesemua jurusan yang diperlukan dalam organisasi, sehingga setiap anggota saling membantu satu sama lainnya.
Semua kegiatan tersebut jelas akan membantu pengawasan karena menyediakan dasar bagi keberhasilan pekerjaan administrasi dan bagi pengukuran penilaian hasil. Contohnya Merencanakan kurikulum dan ujian sekolah  sistem pencatatan dan laporan kemajuan murid dalam proses belajar. Hal tersebut tidak hanya sebagai pengawasa, akan tetapi juga cara untuk menyesuaikan pengajaran bagi murid.
Tujuan pengawasan pendidikan

1)      meningkatkan mutu kinerja guru membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling menghargai satu dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa Meningkatkan kulaitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
2)      Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.
3)      Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
4)      Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5)      Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

E.     PENGAWASAN ADALAH EFEKTIF DENGAN PENERAPAN SUATU FUNGSI KELOMPOK

a.      Pengawasan yang efektif dengan penerapan suatu bentuk kekuatan

Dalam proses administrasi sekolah harus memikirkan fungsi pengawasan sebagai kegiatan suatu jenis kekuatan dari berbagai sumber yang cenderung untuk memperingatkan para pimpinan dan bawahan untuk bersedia menjalankan kewajibannya. Banyak contoh yang memperlihatkan bahwa hukum bekerja sebagai kekuatan untuk menjalankan pengawasan seperti pada pengawasan yudikatif atau pengawassan melalui pengadilan, pengawasan legislative atau pengawasan yang mengundang-undangkan peraturan-peraturan.
Pengawasan dalam arti teknis merupakan hukum atau peraturan yang dapat menyediakan suatu dasar bagi pemeriksaan dan penilaian sesuatu yang dikerjakan. Kekuatan dalam pengawasan ini terdapat dalam bentuk fakta-fakta  atau prinsip-prinsip. Misalnya fakta yang nyata untuk mengis anggaran belanja dapat digunakan sebagai alat untuk mengawasi pengeluaran dan menyediakan dasar hasil pengeluaran.
 Teori tentang belajar dan mengajar juga termasuk cara untuk mengawasi perbuatan. Misalnya tentang bagaimana cara mengorganisasi murid, menciptakan pengalaman belajar, dan guru yang mengajar dengan efektif. Jadi kekuatan yang dipakai dalam hal ini bersumber pada pengetahuan, buka pada hukum.
Nilai-nilai atau norma-norma etika jabatan sering kali memiliki kekuatan yang sama dengan pengawasan hukum. Sehubungan dengan etika jabatan maka seluruh lembaga adat, kebiasaan, kepercayaan dan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat ikut serta dalam proses pengawasan. Etika jabatan sebenarnya hanyalah suatu bentuk perumusan yang khusus tentang kekuatan-kekuatan sosial.

b.      Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa karakteristik.

Karakteristik-karakteristik tersebut yaitu :

1.      Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.
Dalam pengawasan ini harus memperhatikan pola dan tata organisasi, misalnya sususnan, peraturan-peraturan, tugas-tugas dan kewenangan yang terdapat dalam organisasi.
2.      Pengawasan hendaknya diarahkan untuk menemukan fakta-fakta.
Dilaksanakannya pengawasan hendaknya mengarah pada penemuan terhadapa fakta-fakta. Fakta tersebut meliputi bagaimana tugas-tugas yang dijalankan. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menemukan siapa yang salah, melainkan untuk menemukan apa yang tidak betul.


3.      Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikkan.
Jadi pengawasan tidak saja mengungkapkan penyimpangan dari pelaksanaan akan tetapi menyarankan cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan yang menyimpang.
4.      Pengawasan harus bersifat fleksibel.
Fleksibelitas dalam keseluruhan proses pengawasan itu penting bagi penyesuaian pada kondisi yang berubah. Rencana atau standar yang mendasari pengukuran pengawasan mungkin memerlukan perbaikkan bila keadaan yang mendasarinya berubah.
5.      Pengawasan harus bersifat prefentif.
Maksudnya adalah harus dapat mencegah timbulnya penyimpangan dari rencana semula. Untuk itu, pengawasan harus prediktif artinya ia harus bisa mengantisipasi dan mengidentifikasi suatu masalah sebelum itu terjadi.
6.      Sistem pengawasan harus dapat difahami.
Orang-orang yang terlibat harus memahami apa yang hendak dicapai oleh pengawasan itu dan bagaimana mereka selaku individu dapat menarik manfaat sepenuhnya dari hasilnya.
7.      Pengawasan hanyalah alat administrasi.
Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu, pengawasan harus bersifat membimbing supaya para pelaksana meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan bagi mereka.

c.       Alat dan teknik pengawasan

Alat dan teknik pengawasan memiliki banyak bentuk, ada yang sederhana dan ada juga yang kompleks serta rumit. Beberapa teknik pengawasan diantaranya adalah mengukur ketertiban perbuatan finansial, teknik yang berurusan dengan efisiensi operasi organisasi, ada juga yang berurusan dengan sikap, persepsi dan efektifitas pegawai. Walaupun teknik-teknik pengawasan itu banyak perbedaan baik dalam desain danhal apa yang mereka ukur, akan tetapi semuanya bertujuan yang sam yakni untuk menentukan penyimpangan-penyimpangan dari standar yang dikehendaki sehingga para pengawas dapat mengambil tindakan yang perbaikan yang tepat.
Pengawasan diperlukan pada semua bidang kegiatan disekolah dalam proses pengajaran, guru, murid, keuangan, pembangunan dan perawatan gedung sekolah, perlengkapan serta hubungan dengan masyarakat disekitar sekolah. Dalam sebuah organisasi sekolah pasti akan ditemui berbagai macam kegiatan diantaranya ialah penerimaan siswa baru, proses kegiatan belajar mengajar, menyelenggarakan ujian, menempatkan dan menugaskan tiap-tiap guru sesuai dengan keahliannya, memanfaatkan harta benda yang dimiliki oleh sekolah dll. Dalam berbagai macam kegiatab tersebut dibutuhkan pengawasan yang cocok  untuk membimbing dan menilai hasilnya supaya sesuai dengan apa yang diinginkan.
Untuk menjalankan pengawasan dengan efektif, setiap kegiatan pengawasan diperlukan alat dan teknik yang sesuai. Misalnya untuk dapaty melakukan pengawasan keuangan maka diciptakan anggaran belanja, sistem pembukuan dan sistem accounting. Untuk melakukan pengawasan terhadap pengajaran, maka dibuat kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah, membuat kurikulum sekolah yang dibakukan serta pedoman pelaksanaannya, membuat syarat-syarat bagi murid yang akan menempuh pengajaannya. Para guru juga harus menciptakan suatu sistem penilaian prestasi murid dan menetapkan syarat-syarat kenaikan kelas serta peraturan ujian. Dikenal juga alat-alat pengawasan yang lebih khusus lagi yang berhubungan dengan tata usaha sekolah seperti daftar gaji, daftar impentaris milik sekolah, buku indik, daftar presensi, buku laporan dan sebagainya.
Semakin khusus dan teknis suatu kegiatan dalam penyelenggaraan sekolah, maka semakin besar keharusan untuk mempunyai kekuatan pengetahuan dalam pengawasan tersebut. Hal ini menyarankan bahwa alat dan teknik pengawasan harus memiliki instrument yang khusus dan diciptakan sesuai dengan sifat pekerjaan yang dilakukan serta sifat kekuatan yang diterapkan pada pekerjaan itu. Supervise pengajaran termasuk fungsi pengawasan yang sangat khusus katena meiliki sifat yang khas dan teknik-teknikm yang khusus.

Tekhnik dan Metode pengawasan  yang Lain

Ø  Kunjungan sekolah (school visit). Akan memberikan pengatahuan yang lengkap tentang situasi sekolah sehingga program akan lebih efektif.
Ø  Kunjungan kelas (class visit). Merupakan suatu metode supervisi yang “to the point” kena sasaran.
Ø  Pertemuan individual. Setelah suatu kunjungan berakhir, hendaklah diadakan pembicaraan langsung dan pribadi tentang hasil kunjungan dengan orang yang dikunjungi.
Ø  Rapat sekolah. Untuk membicarakan kepentingan murid dan sekolah dan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah.
Ø  Pendidikan service. Untuk kepentingan mutu mrngajar dan belajar, maka guru perlu mengembangkan pengetahuan sesuai dengan profesinya dengan berbagai cara. Misalnya : study individual, study grops, menghadiri ceramah, mengadakan intervisitasi dsb.
Ø  Workshop (musyawarah kerja_muker). Untuk mengembangkan professional karyawan (in-service) Intervisitas. Saling kunjung-memgunjungi sesama guru untuk mengobservasi situasi belajar masing-masing.
Ø  Demonstrasi mengajar. Metode ini dapat dilakukan oleh supervisor sendiri atau oleh guru yang ahli untuk memperkenalkan metode mengajar yang efektif.
Ø  Bulletin supervise/bulletin boadr. Bulletin berkala dapat dimanfaatkan untuk perbaikan program pendidikan dan penngajaran, bisa mingguan atau bulanan.
Ø  Kunjungan rumah. Tujuannya untuk mempelajari bagaimana situasi hidup orang yang disupervisi di rumah terutama meneliti masalah-masalah yang secara langsung atau tak langsung mempengaruhi tugas/kewajiban orang yang disupervisi itu


DAFTAR PUSTAKA

·         Sutisna, Oteng. 1986. Administrasi pendidikan dasar teoritis untuk praktik professional. Bandung : Angkasa.
·         Burhanudin, Yusaka. 1998. Administrasi pendidikan. Bandung: Pustaka setia.
·         Purwanto, Ngalim. 1987. Administrasi dan supervise pendidikan. Bandung : Rosda karya.
·         Rifa’i, Mohammad, 1982, Administrasi dan Supervisi Pendidikan 2. Bandung: Jemmars
·         Anonimous. 2006. Administrasi dan supervisi pendidikan. Departemen agama RI
·         Sagala, Syaiful, 2006, Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
·         Purwanto, Ngalim Dkk, 1983, Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara





[1] Ngalim puwanto. Administrasi dan supervisi pendidikan, (Bandung :Rosda karya,1987) hlm. 85

2 komentar: