Indonesia
merupakan Negara kesatuan yang memiliki wilayah yang luas dan salah satu Negara
yang penduduknya terbanyak di dunia. Seharusnya kita bangga dengan hal
tersebut. Akan tetapi saya merasa
teriris hati ketika saya membaca sebuah artikel yang berjudul “membangun mesin reproduksi pengetahuan”
yang ditulis oleh A. Chaedar Alwasilah. Dalam tulisan itu disebutkan bahwa
Indonesia tidak termasuk dalam 200 universitas terhebat di dunia, Sedangkan
empat universitas tetangga terdekat kita
seperti national University of Singapore yang menduduki peringkat 16. Penilaian
itu diambil dari keunggulan dalam pengajaan penelitian dan reputasi
internasional. Mengapa Indonesia tidak mampu masuk? Padahal kita semua telah mengetahui bahwa di
Indonesia terdapat uiversitas yang cukup terkemuka misalnya UI dan ITB yang
dapat mencetak para ilmuan dan juara – juara olimpiade tingkat internasional,
universitas itupun tidak mampu masuk ke dalam 200 universitas terhebat.
Dalam
tulisan itu penulis hanya cenderung menyoroti aspek poduksi karya tulis yang
cenderung dianggap enteng oleh kampus. Padahal sebenarnya sebuah karya tulis
itu sangat berpengaruh penting terhadap pengetahuan serta akan berpengaruh terhadap
loyalitas dari sebuah perguruan tinggi tersebut. Melalui karya tulis kita dapat
memperlihatkan kepada dunia luar seberapa besar kualitas kemampuan yang
dimiliki . melalui karya tulis juga dapat dijadikan wadah transfer ilmu
pengetahuan kepada orang lain.
Penulis
menyebutkan bahwa jika seorang dosen
tidak berbudaya tulis maka perguruan tinggi tersebut masih dianggap meble. Hal
itu mencerminkan bagaimana pentingnya sebuah karya tulis. Salah satu kelemahan
di Indonesia ialah dalam bidang berkarya tulis. dalam wacana tersebut dikatakan
bahwa mayoritas ilmuan Indonesia tidak berkarya tulis . Mungkin belum banyak
dosen di Indonesia yang mampu membuat sebuah karya tulis yang diakui dan di
kutip oleh ilmuan di Negara lain. Bahkan untuk di gunakan di perguruan tinggi yang
di pegangnyapun masih lemah. Menurut mahasiswa salah satu perguruan tinggi di
Indonesia , ada dosen yang menggunakan buku acuan perkuliahannya dalam bahasa
asing sedangkan para mahasiswa nya tidak
begitu mampu menguasai bahasa tersebut. Kemampuan dalam berbahasa juga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Penyebab
lain dari rendahnya semangat berkarya tulis itu karena kurangnya penghargaan
dari pihak perguruan tinggi ataupun pemerintah terhadap seorang ilmuan yang dapat
menulis sebuah karya. Sehingga menyebabkan ilmuan Indonesia tidak betah tinggal
di negaranya sendiri , mereka cenderung lebih memilih tinggal di Negara orang
lain. Hal itu kerena mereka lebih dihargai oleh Negara lain yang sangat
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Sungguh disayangkan mereka dapat
mensukseskan perguruan tinggi Negara lain sedangkan yang ada di Negaranya
tidak. Kemampuan dalam membaca juga berpengaruh terhadap terciptanya reproduksi
pengetahuan. Dari sebuah penelitian mengatakan , ternyata minat baca dari
masyarakat Indonesia itu berkurang. Padahal pada zaman sekarang ini kita dapat
memperoleh bahan bacaan dari berbagi macam sumber misalnya dari internet. Akan
tetapi masyarakat cenderung menggunakan internet hanya sebatas untuk bermain –
main saja. Kasus penjiplakan karya tulis juga menjadi kendala terhadap
kesuksesan pendidikan di Indonesia. Penjiplakan tersebut mencerminkan ketidak
kreatifan masyarakat Indonesia . penguasaan bahasa asingpun menjadi sebuah
kendala terhadap terciptanya karya tulis yang dapat diakui oleh dunia.
Penulis
juga menyinggung terhadap manajemen keilmuan internal di perguruan tinggi yang
cenderung lebih mengutamakan pencapaian gelar sebagai indikator keberhasilan
akademis, padahal yang menjadi ukuran pada forum internasional adalah karya
tulis mereka. Sebuah perguruan tinggi merasa bangga jika memiliki mahasiswa
yang banyak dan lulusannya yang banyak. Hal demikian termasuk keunggulan dalam
kuantitas akan tetapi hal tersebut belum tentu mencakupi keunggulan dalam kualitas.
Menurut saya sebaiknya pihak perguruan tinggi harus lebih mengutamakan kualitas
di banding dengan kuantitas , karena jika mementingkan kuantitas tanpa diiringi
dengan kualitas yang tercipta bukanlah kesuksesan melainkan pengangguran
walaupun lulusan dari perguruan tinggi ternama. Pada kehidupan bermasyarakat
kualitaslah yang sangat diperlukan.
Berbagai
fakta tentang kelemahan pendidikan di Indonesia terutama yang bersangkutan
dengan karya tulis tertuang dalam wacana tersebut. Kita sebagai mahasiswa selayaknya
merasa tergugah hati untuk membudayakan membuat karya tulis . Dalam sebuah
peribahasa mengatakan bahwa “ala bisa karena biasa”. walaupun sebuah karya tulis itu hanya
berbentuk sebuah artikel. Jika kita telah terbiasa dengan menulis maka suatu sa’at
dapat membuat karya tulis yang bagus. Selain membudayakan karya tulis , kita
juga harus membiasakan untuk membaca , karena dengan membaca dapat memperluas
wawasan dan mempermudah kita dalam menulis. Yakinlah jika kita mempunyai kemauan maka disitu ada jalan.
semoga tulisan ini bermanfa'at.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar